Senin, 27 Juni 2016
MENGAGUMI TANPA DICINTAI
Senin, 27 Juni 2016
by
Unknown
hari ini adalah hari dimana saat nya kembali ke sekolah setelah tiga bulan PKL dan masa-masa liburan kenaikan kelas, oh ya kenalkan nama saya jeris saya tinggal di sebuah desa sekitar kota berastagi Sumatra utara dan saya bersekolah di salah satu sekolah SMK asrama di medan nama sekolahnya adalah SMK negeri binaan provinsi sumatera utara namun lebih dikenal dengan sebutan SMK N BI, dan hari ini juga saya akan bertemu adik-adik kelas yang baru, entah mengapa rasanya sangat senang, padahal bukan pertama kalinya memiliki adik kelas, bahkan sudah sering di SD dan SMP, namun tetap saja rasanya berbeda,
“jeris ayo brangkat!!, dari tadi di panggili kok ngga nyahut” suara ibu terdengar sedikit lebih keras, mungkin ia sudah berkali-kali memnaggilku, namun aku tidak mendengar akibat melamun dan rasa gugup,
“iya mak, aku datang”
Akhirnya berangkat juga, ibuku akan mengantarkan aku sampai ke terminal, wajah ibu terlihat tegang, dalam perjalanan menuju terminal tidak ada sepatah katapun yang ia ucapkan, dan aku terus memandangi wajahnya sambil berkata dalam hati, “aku akan sukses bu” aku sangat mengagumi ibuku, dan aku sungguh bangga sekali memiliki ibu seperti ibuku, aku rasa semua anak juga sama sepertiku, kecuali anak durahaka,
“jeris ayo turun, melamun terus kerjamu” tidak terasa akhirnya sampai juga di terminal,
“iya lho mak” mata ibu terlihat berkaca-kaca, ia tidak dapat menahan kesedihannya, ia pun memelukku dengan erat sambil berkata “terimakasih nak” hanya itulah yang ia ucapkan, perlahan ia melepaskan pelukkannya, aku pun menghapus air matanya yang berlinang di pipinya, sembari naik ke sebuah bus, ia melambaikan tangannya, ia menangis, namun ia juga tersenyum, akhirnya bus kami pun semakin jauh, dan ibu tidak terlihat lagi. Dalam perjalanan hatiku terus bertanya, bagaimanakah keadaan sekolah saat ini? Bagaimanakah adik kelas baruku tahun ini? Baik-baikkah mereka? Berbagi pertanyaan muncul di dalam hatiku, sekloah kami baru berdiri kurang lebih selama dua tahun, dan aku masuk di tahun kedua, dan tahun ini adalah murid angkatan ke tiga ataupun tahun ketiga.
Sesampainya di gerbang sekolah kebanggan Sumatra utara, ya karna sekolah kami adalah sekolah satu-satunya sekolah yang di biayai oleh Negara, tanpa membayar sepeser uangpun, itu juga merupakan kebanggan bagiku, aku berhenti sejenak dan melihat nama dan logo sekolah, dan akupun menghela nafas lega, tiba-tiba terdengar
“jeris apakabar kau bro?” aku melihat kearah suara tersebut,suara itu terdengar tidak asing bagiku, ternyata dia adalah teman satu kelasku, namanya adalah Gabriel, sembari berjalan kearahnya aku dengan tersenyum menjawab
“baik bro, kau apakabar?” dia tersenyum kembali dan langsung membisikkan sesuatu ke telingaku
“jeris ayo brangkat!!, dari tadi di panggili kok ngga nyahut” suara ibu terdengar sedikit lebih keras, mungkin ia sudah berkali-kali memnaggilku, namun aku tidak mendengar akibat melamun dan rasa gugup,
“iya mak, aku datang”
Akhirnya berangkat juga, ibuku akan mengantarkan aku sampai ke terminal, wajah ibu terlihat tegang, dalam perjalanan menuju terminal tidak ada sepatah katapun yang ia ucapkan, dan aku terus memandangi wajahnya sambil berkata dalam hati, “aku akan sukses bu” aku sangat mengagumi ibuku, dan aku sungguh bangga sekali memiliki ibu seperti ibuku, aku rasa semua anak juga sama sepertiku, kecuali anak durahaka,
“jeris ayo turun, melamun terus kerjamu” tidak terasa akhirnya sampai juga di terminal,
“iya lho mak” mata ibu terlihat berkaca-kaca, ia tidak dapat menahan kesedihannya, ia pun memelukku dengan erat sambil berkata “terimakasih nak” hanya itulah yang ia ucapkan, perlahan ia melepaskan pelukkannya, aku pun menghapus air matanya yang berlinang di pipinya, sembari naik ke sebuah bus, ia melambaikan tangannya, ia menangis, namun ia juga tersenyum, akhirnya bus kami pun semakin jauh, dan ibu tidak terlihat lagi. Dalam perjalanan hatiku terus bertanya, bagaimanakah keadaan sekolah saat ini? Bagaimanakah adik kelas baruku tahun ini? Baik-baikkah mereka? Berbagi pertanyaan muncul di dalam hatiku, sekloah kami baru berdiri kurang lebih selama dua tahun, dan aku masuk di tahun kedua, dan tahun ini adalah murid angkatan ke tiga ataupun tahun ketiga.
Sesampainya di gerbang sekolah kebanggan Sumatra utara, ya karna sekolah kami adalah sekolah satu-satunya sekolah yang di biayai oleh Negara, tanpa membayar sepeser uangpun, itu juga merupakan kebanggan bagiku, aku berhenti sejenak dan melihat nama dan logo sekolah, dan akupun menghela nafas lega, tiba-tiba terdengar
“jeris apakabar kau bro?” aku melihat kearah suara tersebut,suara itu terdengar tidak asing bagiku, ternyata dia adalah teman satu kelasku, namanya adalah Gabriel, sembari berjalan kearahnya aku dengan tersenyum menjawab
“baik bro, kau apakabar?” dia tersenyum kembali dan langsung membisikkan sesuatu ke telingaku
Bersambing
Tags:
cerpen
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 Responses to “ MENGAGUMI TANPA DICINTAI ”
Posting Komentar