Kamis, 30 Juni 2016
MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 4
Kamis, 30 Juni 2016
by
Unknown
MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 4
Berangkat
sekolah sangat berat rasanya, sudah tapi aku juga tidak boleh terlalu
memperlihatkan kecemburuanku di depan teman-temanku, bisa-bisa nantinya itu
menjadi bahan ejekan,
“hoy… kau kenapa? Kok cemberut terus ko dari
semalam, bilang dulu siapa yang buat biar kita pukul orangnya?”
, “oh…. Nga
ada mam, Cuma merasa sakit kepala aja”
jawabku sambil tersenyum terpaksa, imam adalah
teman 1 kelasku, dia sangat lihai berkata-kata manis kepada para wanita, dan
dia adalah teman bareng tidur di kelas, bahkan di saat ada gurupun kami sering
tertidur, dia merupakan salah satu teman kocakku,
“kalo sakit kepala minum baygon aja ko, pasti
langsung sembuh” cetusnya dengan nada pura-pura serius
“oh, iya
nanti ku coba” jawabku dengan nada lesu, aku memang tidak ingin bercanda, karna
memang hatiku masih terasa kacau
“wih, ngga
seperti biasanya kau, kenapa kau, ceritakanlah, siapa tau kita bisa bantu, iya
ngga ed?” tanyanya pada edi yang barusaja datang dan duduk di sebelahku, edi
juga merupakan salah satu teman terkocak, dia juga sering tidur di kelas, dan
otaknya agak sedikit mesum,
“iya jer, siapa tau kami bisa bantu?”
iya bantu sih
bantu, jika kecemburuanku ku ceritakan, mana mungkin mereka mau membantu, yang
ada hanya membuatku malu, dan terus meledekku “ngga ada kan sudah aku bilang
aku hanya sedikit sakit kepala, nanti juga sembuh kok” berusaha menghindar,
“bohong!!” cetus faisal yang datang tiba-tiba
sambil tersenyum
aduh, jika faisal ceritakan semuanya maka aku
akan habis, fikirku dalam hati,
“sal, tangan kiri rumah sakit, tangan kanan
kuburan lho” aku mengancamnya, sambil berusaha lari keluar kelas “ohh, ngancem
rupanya ya, oke aku ngga takut….” Belum sempat ia meneruskan katanya-katanya
tiba-tiba
“jeris galau
karna melihat eca dengan kak afri semalam saat apel malam” sialan kau Gabriel
aku habis kau, kecamku dalam hati, rasanya malu sekali, selain itu teriakannya
sangat keras sehingga terdenga keluar kelas,
“ohh… jadi
itu, tenang jer, nanti kita habis kak afri itu” imam berusaha pura-pura
menghibur, aku tau sebenarnya dia meledekku, aku berlari keluar kelas, namun
saat di depan pintu kelas “wah kak jer, aku kasi taulah nanti sama eca, biar
dia tau” salah satu dari teman eca mendengar teriakan Gabriel yang begitu
keras, wah ini semakin kacau,
“ha, ng….ngga ada ah, adek salah dengar aja
tuh, aku aja ngga kenal yang mana orangnya dek” aku berusaha menghindar
darinya,
“ah…. Yang
bener kak, bukannya dari kemaren-kemaren kakak sering memperhatikannya?” waduh,
bagai mana mungkin anak ini bisa tau?
“ah sok tau adek ini” tapi aku juga tidak
ingin hal ini di ketahui orang lain, apa lagi sampai ketahuan eca,
“sudahlah
kak, semua orang juga tau kalo kakak suka sama eca, kelihatan banget lho” aku
benar-benar kebingungan, harus apa lagi yang aku katakan, apa begitu
terlihat,
“sini,sini,sini”
aku menariknya ketempat yang agak jauh dari keramaian,
“emang siapa
aja yang sudah tau?” aku berbisik kepadanya
“jadi kakak
bener-bener suka ya sama dia?” cetusnya dengan nada keras
“sssst…
jangan keras-keras, eh tapi, adek menjebakku ya?” aku benar-benar kaget, ia
menjebakku, ia hanya berpura-pura, seakan tau tentang segala hal, ah seandainya
saja mentalku lebih kuat, mungkin aku tidak akan terjebak seperti ini,
“hehehehe, tapi aku bener kan?” ya mau gimana
lagi, aku harus jujur padanya, aku juga harus bisa memanfaatkan anak ini
fikirku dalam hati
“oke baiklah,
nama adek siapa?” ya aku harus
memanfaatkan hal ini “ika kak, emang kenapa?” , “ya, bukan buat apa-apa, no
handpone?” dia pasti memiliki handpone, walaupun di sekolah ini dilarang
membawa handpone “ih kakak ini, kan ngga boleh membawa handpone ke sekolah”
erghh.. ini anak pura-pura polos
“mau ngasi
ngga?”
wanita seperti dia, tidak mungkin tidak
membawa handpone “iya, iya nomer kakak aja sini, aku lupa nomer handpone ku”
” oke
baiklah, tunggu sebentar di sini, aku segera kembali”
Ahirnya aku
bisa mengetahui tentang eca, walaupun tidak langsung dari orangnya sendiri,
“nih, nanti langsung di telpon aja ya” sambil
memberikan robekan kertas padanya yang sudah pasti isinya no handponeku
“enak aja, sms aja sudah cukup” sambil berlari
kearah teman-temannya berlari, aku hanya bisa tersenyum, karna disana eca juga
terlihat tersenyum, bahkan melihat senyumannya saja pun sudah membuat hatiku
damai dan tentram.
BERSAMBUNG....
Tags:
cerpen
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 Responses to “ MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 4 ”
Posting Komentar