Rabu, 06 Juli 2016

MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 7



Malam jum’at adalah malam kegiatan agama di sekolah kami, itu merupakan kegiatan rutin yang kami lakukan setiap hari jum’at, jika di ingat kembali aku merupakan orang paling malas hadir dalam kegiatan ini, banyak pengalaman yang sangat mengesankan, mulai dari mengurung diri dikamar, bersembunyi di bawah tempat tidur, di dalam bak kamar mandi, dan yang paling mengesankan adalah tertangkap bersembunyi di balik jemuran handuk, rasanya malu sekali, untungnya itu tidak aku lakukan lagi sekang, karna harus sadar, dan terlebih lagi malu dong sama adik itu. Dan seperti  biasanya setiap kali hadir aku mengambil bangku paling belakang, karna belum dimulai aku memejamkan mataku, dengan memejamkan mata, aku bisa bermain sendiri di dunia hayalanku, aku lebih suka tempat yang senyap dan sepi dibandingkan dengan di keramaian orang, karna di kesunyian aku bisa menenangkan fikiranku, ketika aku mulai menghayal, suara seseorang terdengar di telingaku, dan suaran itu tidak asing bagiku, ya suara lembut itu, dia pasti eca, dia duduk tepat di depanku, kesenangan menghampiri di dalam hatiku, walaupun tidak berani berbicara dengannya, setidaknya aku bisa lebih dekat melihat senyumannya, aku membuka mataku, astagaaaa, yaaa tuhann, apa-apaan ini, hati yang tadinya senang, tiba-tiba hancur berkeping-keping dalam hitungan detik, ingin menangis rasanya, dia duduk tepat di depanku, namun di sampingnya ada seorang lelaki yang sangat aku kenali juga, dia adalah kak Afri, aku sadari aku tidak ada apa-apanya di banding dengan dia, dia adalah lelaki yang baik, dan menurut para wanita juga keren, “ehh…. jer, rajin ya” tiba-tiba saja kak afri berbicara padaku, ya walaupun dia lelaki yang membuat hatiku hancur, ntah mengapa aku tidak ada dendam atau kemaran di dalam hatiku,
“hmmm, iya kak, harus ada perubahan dong”
aku tersenyum terpaksa untuknya, eca juga melihatku, “owh bagus-bagus”
 mengapa jadi seperti ini ya, aku menundukkan kepalaku, hatiku terasa sangat sakit, ya walaupun orang yang aku sayang ternyata jadian dengan oranglain setidaknya aku bisa tersenyum untuknya, walaupun sangat sulit rasanya, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, ingin rasanya marah tapi pada siapa?, ingin rasanya mengadu, tapi pada siapa?, ya tuhan aku tidak kuat melihat ini semua, ingin cepat-cepat rasanya aku keluar dari ruangan ini, aku memejamkan mataku, berusaha untuk tidak melihat semua yang terjadi, tapi tba-tiba saja seseorang memegang tanganku,
 “hey kak, kakak kok di belakang, ngga enak di belakang, yok pindah kedepan”
ia menarikku, “hey…heyyy…. Pelan dikit dong” ucapku dengan nada pelan, aku tidak mengenalinya, tapi mungkin dia tau apa yang sedang aku rasakan
 “nah kakak duduk di sini”
ia tersenyum, aku masih tebengong melihatnya, “hey kak, jangan bengong gitu dong, kayak ngelihat setan aja”
ia tersenyum kembali, aku kembali melihat kearah Eca, tapi tetap saja seperti memandang kearah matahari yang sangat terik rasanya
“hey kaak…. Kok diam aja, kakak ini ngga asik, owh ya, pantes aja kakak diam, kakak belum tau siapa nama saya ya…”
 ,aku hanya tersenyum, “nah gitu dong, untuk menyembah tuhan, kita harus tersenyum, nama saya priska kak”
 iya mengulurkan tangannya, aku hanya membalas uluran tangannya dan belum berbicara sepatah katapun
“kakak pasti kak jeris ya…. Udah tau kok, aku juga tau kok apa yang kakak rasakan” ya… sudah kuduga,
“emang apa yang kurasakan?” aku belum mengenalnya tapi ia sudah sok tau tentangku, ya memang kenyataan sih, tapi tetap aja namanya sok tau
“yaa… ngga usah bohonglah kak” ia tersenyum kembali
 “iya iyaa….” Jawabku dengan nada jengkel,
 “hahaha.....ngga usah jengkel gitu dong kak” yahh… apasalahnya aku sedikit bertanya tentang Eca padanya “kamu kanapa begitu peduli pada saya?” ya pertama, mengapa dia begitu peduli padaku?, padahalkan baru beberapa detik yang lalu kenalnya “yaa… karna nganggap kakak, seperti abang sendiri” hadehh… baru kenal, sudah menganggap seperti saudara, ah yang betul aja
“owh, makasih dek” setidaknya ada teman wanita yang dekat denganku, itu saja sudah membuat sedikit senang,
 “hmm, jadi kakak memang betul-betul suka ya sama Eca?”
 “jika aku menjawabnya, apakah akan menjadi bahan gosip?” aku takut dia akan membuat gosip hangat di sekolah ini
 “yaa elah kak, kak… ngga akan di sebarin, emang aku penjual gosip?” yaa, mungkin dia bisa menjadi teman curhat,
“ya… aku benar-benar suka padanya dek” jawabku dengan nada pelan
 “owhh…. Tapi diakan udah ada yang punya kak?” yaa aku juga sudah tau
“yaa… itu dialah yang sangat aku sesali dek, harusnya aku tidak langsung jatuh cinta, harusnya aku tidak langsung menyayanginya, mengapa semua ini harus terjadi padaku” tanyaku dengan agak kesal
 “kak… ssstt pelanin suarnaya, inikan suasana ibadah” yaa… aku hampir lupa…
”maaf-maaf lupa dek, terlalu terbawa emosi”
“ya sudah kak, nanti habis ibadah kakak curhat sekarang mari kita menyembah tuhan” ia tersenyum kembali, aku juga tersenyum.
Ahh…. Akhirnya selesai juga, “jadi sampai dimana tadi ceritanya kak?” tiba-tiba saja priska langsung bertanya,
“pura-pura lupa, apa pura-pura ngga ingat?” tanyaku, karna aku yakin iya masih mengingatnya
“owh…. Hehhehe, kakak ngga bisa di ajak bercanda nih” yah…. Kakak paling enak di ajak bercanda dek, Cuma sekarang bukan waktu yang tepat,
“ya… maaf..maaf” aku seperti manusia yang tidak punya semangat hidup untuk saat ini
“owh ya kak, jadi apa yang akan kakak lakukan?” nah itu dia pertanyaan yang sangat sulit aku jawab, “ya…. Mungkin untuk saat ini hanya menunggu aja dek”
 ya… hanya menunggu, “menunggu sampai dia putus??”
“ tidak hanya putus dek, aku menunggu saat dimana aku mungkin bisa melupakannya, atau menunggu sampai dia putus”, ya… menunggu melupakan atau menunggu bertahan,
“wah…. Ngga mau cari yang lain kak?” haah… walaupun jelek gini dek, setidaknya aku bisa membuatku punya harga diri, dan tidak gampangan jatuh cinta
“nggalah dek, kakak kalo udah suka, payah pindahnya” karna hanya akan menyulitkan saja jika mencari yang baru,
“tapikan kakak juga butuh seseorang, yang bisa membuat lupa tentang Eca?”
“ hahahah….. ntar juga lupa sendiri kok dek, tenang aja” aku berusaha tersenyum, walaupun sulit rasanya,
“menurut kakak, dia suka ngga sama kakak?”
“ tidak, sama sekali tidak, bahkan mungkin dia ogah banget deket sama kakak dek” ya.. dari sikapnya selama ini, itulah yang dapat aku simpulkan,
“jadi buat apa kakak menunggu yang tidak pasti kak?”
“ ya…. Kakak ngga peduli dek, selama kakak masih sanggup menunggunya, biarkanlah rasa sayang itu mengalir terus di hati, saya tidak peduli dia mau membalasnya atau tidak, sampai batas lelahku menghampiriku, walaupun aku lelah nanti, jika di saat itu dia baru bisa mencintaiku, hatiku akan tetap terbuka untuknya”
dia tersenyum padaku, dan berdiri “aku tidak bisa berkata apa-apa lagi kak, aku Cuma bisa bilang, tetap lah semangat” aku hanya menganggukan kepala lalu ia tersenyum dan pergi.
Mengapa aku begitu mencintainya? Pertanyaan itu selalu muncul di benakku hampir setiap saat, seperti menghantuiku, harusnya aku menyadari dari dulunya, aku memang tidak pantas untuknya, setiap kali aku membayangkan senyumannya, aku tidak tau apa yang aku rasakan, kesedihan atau kebahagiaan, “gab, menurutmu aku salah ngga jatuh cinta?” aku mencoba meminta pendapat Gabriel tentang hal yang aku rasakan ini walaupun minta pendapat pada orang yang salah
“ngga kok, setiap orangkan punya hak untuk jatuh cinta jer, dan sayangnya setiap orang juga punya hak untuk menolaknya, itulah konsekuensinya jika jatuh cinta jer” aku tersenyum, tidak salah juga, fikirku “macem penceramah di TV itu ko ngomong gab”
tapi yang dikatakannya itu memang benar “nah…. Menurutmu, jika cintamu di tolak, apa yang akan kau lakukan?”
dia tertawa geli sendiri “sorry bro, saya tidak punya kamus di tolak, yang ada saya yang menolak cewek” dengan bangganya ia mengatakannya
“hahahhah… iya juga ya, tapi mungkin saja suatu saat nanti kau akan di tolak” aku membalasnya “aku ngga akan pernah bisa di tolak bro, karna aku tidak mau jatuh cinta, kalo ngga cewek yang jatuh cinta terlebih dulu”
“lah emang kenapa, kalo laki-laki dulu yang jatuh cinta?” sebenarnya aku juga sudah tau alasanya, mengapa, karna jika lelaki terlebih dahulu jatuh cinta pada wanita, delapan puluh persen mereka akan gagal menjalaninya,
 “kalo laki-laki dulu yang mencintai, kebanyakan akan mengalami kegagalan dalam pacaran, walaupun tidak semua”
yahh… dia menjelaskannya seperti para ahli saja, “jadi kenapa kau ganti-ganti pasangan terus, apa ngga takut kau HIV?” aku sedikit iri padanya, dia dengan mudahnya mendapat dan meninggalkan orang yang ia mau, sedangkan saya, haaah… tidak usah dibandingkan lah,
“haaah… sekarang mana jamannya lagi setia, kalo bisa embat aja semua, nikmati masa muda broo” dia sungguh bangga pada dirinya sendiri,
 “aku yakin roda pasti berputar gab” dia tersenyum, lalu diam sejenak
“sekarang rodaku berhenti, dan aku sedang di atas, jadi nikmati ajalah bro” ya nikmatilah sebelum rodamu berjalan
“jadi, kalo mencintai orang yang sudah punya pacar gimana gab?, apa itu salah?” dia berdiri, mondar-mandir beberapakali,
 “nah jika aku mondar mandir di depanmu dan ingin mencari perhatianmu, tapi kau sedang asik dengan laptopmu, apa aku salah?” aku jadi bingung di buatnya
“tidak, kau tidak salah, selama kau tidak mengganguku bersama dengan laptopku” wah, sekarang aku mengerti maksudnya
“nah… begitu jugalah denganmu, kau ibaratkan orang yang mondar-mandir mencari perhatian, dan Eca adalah orang yang sedang bermain laptop, dan laptop itu sendiri adalah kak afri, selama kau tidak menggangu hubungan mereka, maka kau tidak akan pernah salah bro”
 ya… benar… selama aku tidak menggangu hubunganya dengan kak Afri, jadi aku bisa mencintainya “betul juga ya bro”
 “hadeh, ngapainlah kau mengejar yang ngga pasti bro?, kalo aku mondar-mandir di depanmu, pasti ko kiranya aku orang gilakan? Mending ko cari yg lain, masih banyak yang lain kan?”  ya aku tau gab “ya aku memang mengejar sesuatu yang tidak pasti untuk saat ini, tapi setidaknya suatu saat nanti mungkin mengingatku, karna aku mencintainya bukan hanya saat ini, ataupun besok, tapi untuk dimasa depan” ia tertawa melihatku
 “hahahaha…. Lebay bingit ko” aku hanya tersenyum sejenak,
“ya aku memang lebay bro, tapi yang aku katakan itu nyata, mungkin suatu saat nanti dia akan meminta bantuanku, mungkin dia minta bantuanku untuk mencintainya” ia semakin tertawa geli
 “ya bisa jadi, pengelihatannya jadi beda dan mukzijat tuhan turun dari langit ya…. Jadi kalo seandainya diamaulah samamu, bagaimana kau akan menjalaninya?”
“aku akan bertanya padanya, mengapa dia mau sama saya, apa dia tidak akan menyesal nantinya, dan yang terahir, tolong jangan ada kata putus dalam perjalanan ini, karna aku sangat mencintai dia”
 yah, aku akan selalu mencintainya, “nah…. jika dalam perjalanan cinta kalian, dia meminta putus, tanpa sebab, apa yang kau lakukan?” aku menundukan  kepalaku dalam beberapa detik, dan berdiri
“aku akan mengatakan padanya, Terimakasih, atas apa yang Eca berikan selama ini, terima kasih atas kebohongan cinta Eca, dan yang terahir, terimakasih telah menghancurkan hati yang tulus ini, dan berapa kali pun kau menghancurkannya, dia akan selalu menerimamu, karna hati ini terlalu mencintaimu, mungkin itu lah yang akan ku katakana padanya”
 Gabriel terdiam, tanpa ada senyuman lagi di wajahnya “mungkin kau orang yang paling gila dan bodoh, dan terlalu bodoh untuk itu, dan selamat menjalani hal yang sia-sia bro” dia tersenyum lalu pergi, dan aku memulai hoobyku, menghayal.
Hari demi hari kujalani, dengan menyimpan rasa dihati, berharap suatu saat akan dibalaskan olehnya, tapi hari yang kutunggu tunggu tak kunjung datang  juga, dan aku selalu saja mencintainya dari kejauhan, karna aku tersingkirkan oleh orang yang jauh lebih bisa membahagiakan dia, aku duduk di sebuah bangku taman, terlihat seseorang berjalan menuju arahku, orang itu adalah Gabriel, dia duduk di sampingku,
“udah lama juga ya, sudah hampir dua bulan kau mengaguminya dari kejauhan, tidak adakah respon darinya?” aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, dan berkata
“aku tidak peduli harus berapa lama mengaguminya, dan aku tidak akan peduli apa responya gab”  dia merespon sih, tapi responnya sangat mengesankan, asal di pandang dia buang muka, asal berpapasan dia menghindar, dan yang paling berkesan adalah, ketika chatingan lewat facebook, ia akan membalasnya dengan kata-kata singkat seadanya
 “sebentar lagi kakak kelas akan tamat, dan mereka juga akan berangkat PKL bro, maka mereka akan sering bertemu, dan kau akan semakin jauh darinya”
 oh iya… aku sama sekali tidak pernah berpikir sampai kesana, tapi setidaknya mereka tidak bercanda tawa di depanku, tapi imajinasi yang tinggiku bisa saja membuat sakit hati,
 “setidaknya mereka tidak akan kulihat bermesraan bersama, dan mungkin aku akan bisa lupa dengan dia, dengan datangnya adik kelas yang baru nanti”
yeah aku juga baru menyadari, kami juga akan kedatangan adik kelas yang baru, dan kami akan menjadi kakak tertinggi di sekolah ini, ini pasti akan sulit, karna kebanyakan dari kami masih jauh tertinggal, dari segi kedewasaan, kemandirian dan bahkan kepemimpinan, dan aku selalu berfikir, sanggupkah kami memimpin mereka nanti, dan yang pasti, jika mereka berbuat kesalahan, kelas tertinggi yang akan di salahkan, dikatkan tidak memberi contoh yang baiklah, dikatakan tidak bisa memberikan yang inilah, yang itulah, ahh pokoknya ini akan sangat sulit,
 “oh iya ya jer, dan yang jelas tahun ini akan lebih menarik lagi, karna kita akan menjadi kakak kelas yang tertinggi nantinya”
nah baru juga difikirkan, dan dia pasti berfikiran negative menjadi kakak kelas “jadi kalo kita menjadi kakak kelas yang tertinggi, kenapa emang?” dia tersenyum
  “kita akan menjadi orang yang paling dihormati, dan disegani di sekolah ini bro” tepat sekali, dia akan berfikir negative, dasar sinting, fikirku dalam hati “yak kau akan sangat di segani, apalagi para cewe-cewenya, karna kau adalah lelaki paling ganteng di sekolah ini”
“ya… dan jika aku mau mendapatkan wanita yang ku inginkan, jadi gampang aja bagiku, dan mudah-mudahan akanada yang memikat hati nantinya” aku hanya tertawa dalam hati saja melihat tingkat percaya dirinya yang tinggi, tapi ketika dia jatuh cinta nanti aku yakin juga, dia akan sama sepertiku,
“jer Eca datang tuh” sambil menunjuk kearah beberapa orang, aku melihatnya, karna tempat duduk yang kami duduki di pinggir jalan, dia pasti lewat dari depan kami,
 “ngga usah ditunjuk juga bro, nanti dia ngga mau lewat bro” apa yang harus aku lakukan, haruskah aku bersembunyi agar dia tidak menghindar, aku yakin dia akan menghindar dariku ketika dia melihatku, sebaiknya aku pergi, agar dia lewat, dan aku tetap bisa melihat senyumannya dari kejauhan “ya udah gab, aku pergi duluan ya”
aku lekas berdiri, tapi ketika hendak berdiri “hooop….mau kemana kau hah? Jangan kemana-mana bro, tunggu aja disini” dia menarikku duduk, hatiku mulai berdebar kencang, semakin ia mendekat, aku tidak bisa apa-apalagi, aku hanya menundukkan kepalaku, mereka semakin mendekat,
“sore kak Gabriel”
salah seorang temannya menyapa, namun aku tidak melihatnya, kepalaku masih tertunduk, “wah kak jeris juga ada rupanya, Eca, kak jeris juga ada lho”
 aku benar-benar kaget, aku merasa jantungku akan copot, mengapa ini ya tuhan, aku tidak mau seperti ini, aku berusaha menegakkan kepalaku, perlahan aku melihatnya, oh tuhan…. dia tersenyum, cantiknya…. fikirku dalam hati, namun sama sekali tidak menoleh kearah kami duduk “wah Eca, mengapa wajah kak jeris selalu memerah ketika berada di depanmu, jangan-jangan dia jatuh cinta samamu?” aku kembali menundukkan kepalaku, dan mereka semakin menjauh, sambil tertawa geli, dan tanpa aku sadari Gabriel yang duduk disebelahku, juga sangat tertawa terbahak bahak, lalu ia berdiri, sambil mengulang kejadian yang baru saja terjadi,
“wah jer, dia tersenyum untukmu” ya dia tersenyum, tapi aku tau senyumannya itu hanya untuk menghargai seseorang atau menghargaiku saja, dan tidak ada maksud tertentu,
 “iya…. Dia tersenyum, itu saja sudah membuatku sangat senang” tapi itu memang sudah membuatku bahagia,  karna jarang sekali ia tidak menghindar setiap bertemu denganku,
 “ya sudah ayo sudah sore tuh, mandi, nanti bauk kambing kau, mana mau di samamu” aku lekas berdiri, sambil berjalan, Gabriel trus saja mengejekku.
“mungkin aku akan merindukan kalian kak, sering-seringlah datang kesekolah kita ya” aku memeluk seorang mantan ketua osis yang sangat tegas, hari ini adalah hari perpisahan kakak kelas kami kami merayakannya di sebuah hotel yang sangat mewah,dan seumur hidup, baru kali ini aku memasuki hotel , mereka semua adalah kakak kelas yang sangat terbaik, dan bahkan mungkin tidak akanada yang akan menggantika posisi mereka sebagai kakak kelas yang terbaik,
“iya dik, baik-baik adinda disekolah ya, jangan bandel lagi, ingat kalianlah yang memimpin adik kelas kita selanjutnya, jika kalian gagal, maka kami juga gagal mengajari kalian cara memimpin” ia begitu berwibawa, sangat tegas sekali,
“baiklah kak” aku memeluknya satu kali lagi, lalu kembali ketempat dudukku sebelumnya, “weee jer… ko ngga nyanyi dek?”
 seseorang berteriak dari kejauhan, aku menatapnya, oh rupanya kak andry, dia adalah kakak kelasku yang paling aku kenali, “ngga  kak” jawabku sambil melambaikan tangan, dia hanya membalas dengan acungan jempol kebawah, aku hanya tersenyum dan kembali menikmati penampilan para kakak kelas yang bernyanyi. 

BERSAMBUNG

Tags:

0 Responses to “ MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 7 ”

Posting Komentar

Subscribe

Donec sed odio dui. Duis mollis, est non commodo luctus, nisi erat porttitor ligula, eget lacinia odio. Duis mollis

© 2013 Jr.blog . All rights reserved.
Designed by SpicyTricks