Kamis, 07 Juli 2016

MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 8




“hey jer… hari ini Eca terlihat begitu cantik lho” owh ya aku belum melihatnya dalam satu hari ini
“iya.. aku sudah melihatnya” dan lebih baik aku tidak melihatnya, karna mungkin akan menyakitkan hati saja, mungkin ia sedang bersama kak Afri saat ini
“jadi kau sudah melihatnya?” aku jadi bingung apa maksudnya
“melihat apa maksudmu?” aku jadi penasaran di buatnya,
 “owh untunglah, lebih baik kau duduk disini saja dan nikmatilah pertunjukan ini”
 aku jadi lebih penasaran dibuatnya, mataku melirik kesana dan kemari, mencari seseorang,
“ah… bilanglah mam, jadi mati penasaran aku ko buat” aku benar-benar jadi penasaran, apa sebanarnya yang dia sembunyikan,
“hey jer, apa kau sudah melihat Eca?” tiba –tiba Gabriel duduk disampingku, aku hanya menggelengkan kepala “owh baguslah, duduk aja yang manis disini dan jangan kemana mana bro” aku mulai merasa memang ada yang sedang mereka sembunyikan,
 “apa yang sedang kalian sembunyikan?” aku meninggikan sedikit tekanan suaraku, dan mereka hanya terdiam saja,
 “oke baiklah, jika kalian menyarankan aku untuk diam saja di sini, maka aku akan diam disini, karna aku yakin saran kalian memang yang terbaik untukku”
 aku benar-benar kesal, dan duduk kembali, dan hanya terdiam, “jer…. Aku melihat Ecccc…” tiba-tiba imam menutup mulut edi yang baru saja datang,
“ kalian kenapa sih, bilang aja apa yang terjadi? Kenapa ed, apa yang ingin kau bilang?”
 aku benar-benar kesal kali ini, imam melepaskan tangannya yang menutup mulut edi
“ga ada bro, Cuma mau bilang, aku tadi melihat Eca cantik banget, dan mau nanya, apakah kau sudah melihatnya?” aku tau mereka pasti menyembunyikan sesuatu,
 “owh… aku sudah melihatnya”
 walaupun sebenarnya aku belum ada sama sekali melihatnya “owh… jadi kau sudah melihatnya, dia benar-benar cantikkan?” edi berusaha mengalihkan semuanya, aku benar-benar tidak tau apa maksud mereka
“ya sudah…. Awas minggir, aku mau pergi ketoilet” , sudah dari tadi aku menahannya, tapi mereka trus saja mngajakku berbicara
“apa perlu aku temani?” Gabriel bertanya kepadaku
“tidak, tidak perlu”
 ketika aku ingin berlari “emang tau dimana toiletnya?”  oh iya…. Aku sama sekali tidak tau, aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum paksaan
“ya sudah yok kutunjukkan”
Ketika keluar dari aula pertunjukan, aku melihat Eca, dengan seorang lelaki yang memakai jas hitam, siapa lagi kalau bukan kak Afri
“owh jadi itu yang kalian tutup-tutupi dariku” Gabriel tersenyum,
“ya sudah ayo cepat, nanti kencing di celana pula kau melihat mereka berdua” ya tepat seperti dugaanku, mereka pasti berduaan,
 “jika memang itu yang kalian sembunyikan dariku, aku sudah tau itu akan terjadi,”
“maaf bro… kami Cuma ingin kau tidak melihat hal yang tadi itu” ya aku sudah biasa melihat mereka berduaan, tapi tetap saja, rasa sakitnya tidaklah pernah berkurang, harusnya jika sudah sering dilihat, maka akan terbiasa dengan sakit hati, tapi mengapa ini tidak ya?
“aku sudah biasa melihat mereka berduaan bro, jadi sudah biasa dong”  dan setiap kali aku melihat mereka berdua, aku menyesal dengan apa yang kulakukan, jika saja saya tidak kesini, maka aku tidak akan melihat mereka berdua, itulah yang sering aku sesali
“ngga usah bohonglah jer, kami tau apa yang kau rasakan, karna kami pernah merasakannya,” cetus imam dengan nada ejekan, tiba-tiba Gabriel membantah
“apa kaubilang, kita?, sorry bro, bukan sombong, tapi sedikit angkuh, aku ngga pernah merasakan hal yang seperti itu, karna jika itu terjadi, ya saya cari yang lain aja dong” mereka jadi berdebat yang membuatku terhibur, dan mereka memang teman-teman kocak yang terbaikku, mereka bisa membuatku tertawa saat sedang bersedih, tapi tetap saja, sesenang apapun juga, akan lebih senang lagi jika tuhan memberikan dia menjadi jodohku hehehhehe.
Sudah hampir dua minggu kami libur, aku sama sekali tidak menyukai liburan, itu sama sekali tidak menyenangkan, aku sama sekali tidak merasakan kedamain dirumah, karna orang tuaku sering sekali rebut, terkadang aku berfikir untuk tidak pulang kerumah, tapi aku juga sangat merindukan ibuku, dan jika berada dirumah, aku hanya bisa pergi kewarnet dan dan hanya beberapa jam saja, karna aku juga harus membantu orangtuaku bekerja, mulai dari tengah hari, hingga malam, dan itu jugalah yang membuatku harus pulang kerumah, jika aku membantu ayah dan ibu bekerja, maka pekerjaan itu akan siap paling tidak jam 8 malam, apalagi aku tidak berada dirumah, mungkin jam 9 pun bahkan belum selesai dan harus dilanjutkan besok paginya. Tapi yang membuatku sedikit senang antara di sekolah dan rumah adalah tidur, jika di sekolah aku harus bangun jam empat, tapi jika dirumah aku bisa menambah enam jam lagi waktu tidur, yaitu jam sepuluh, ya bisa dibilang hanya itu satu-satunya keuntungan yang ku miliki
“jer…. mamak berangkat ya, jangan lupa sarapan” ibu selalu memperingatkan aku, ketika ia akan berangkat bekerja dengan ayah
“iya mak”  aku masih berbaring di tempat tidurku, cuaca di kampung sangat berbeda dengan di kota, terasa sangat dingin di desa, udara yang masih segar dapat dirasakan disini, aku kembali melanjutkan tidurku, namun baru saja aku terpulas terdengar suara ketukan pintu, tok….tok…. tokkk…. , “siapa?” aku bergegas dari tempat tidurku
“ini aku Andi bang, mau ngambil kunci” oh.. Andi adalah anak dari adik ibuku, dia sudah kelas tujuh, atau kelas 1 SMP, “ya sebentar”
 aku bergegas lalu membuka pintu “lho… cepat kali kau pulang, cabut kau ya?” aku kaget melihatnya, ia menggunakan seragam sekolah,
 “abang aja yang kelamaan bangun lihat tuh jam, sudah jam setengah sebelas” aku menoleh kearah tempat jam dinding, “ya tuhan, aku kira masih jam delapan” ia tertawa
 “hahahah ya sudah, sini kunciku” tapi tetap saja mengapa ia cepat sekali pulang
“tapi tetap aja, kok cepat kali ko pulang, dulu aja waktu aku masih SMP kami pulang, paling cepat itu jam 1”
“sudah…. Sini kuncinya, kan baru masuk, jadi belum belajar bang”
“owh…ya sudah sana” ia pun pergi, wah waktunya sarapan, tapi aku kembali melihat jam, ahh.. ini sarapan atau makan siang sih. Aghhh akhirnya kenyang juga, tidak ada yang bisa menandingi masakan ibu, waktunya pergi kewarnet. Suasananya sama sekali belum ada yang berubah, hanya saja ada beberapa orang yang bertambah besar, dan sebagian lagi bertambah tinggi
“weyy bang jer, kemana selama ini, kok ngga pernah lagi datang kemari?” salah seorang anak kecil menyapa, dia adalah teman-teman sebaya dengan adikku Andi, “biasa lah dek, jalan-jalan” aku tersenyum
 “wihh…. Ini ada komuter kosong bang” wah… sambutan mereka benar-benar hangat, bahkan aku langsung di berikan tempat
“okelah....” aku duduk dan langsung membuka akun facebookku, hanya ada beberapa pemberitahan, dan itupun hanya like dari beberapa teman, klingg…. Terdengar suara pesan masuk, dia adalah teman SMPku dulu, namanya adalah Winda
 “hy… apakabar?”
 aku agak kaget melihatnya, mengapa ia tumben menanyakan kabarku? “hy win, kabar baik, kamu sendiri apakabar?”
 sebenarnya Winda bukanlah teman biasaku di SMP, dia adalah mantan pacarku, “Winda kabar baik jer, owh ya… boleh minta no hp kamu ngga jer?”

Tags:

0 Responses to “ MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 8 ”

Posting Komentar

Subscribe

Donec sed odio dui. Duis mollis, est non commodo luctus, nisi erat porttitor ligula, eget lacinia odio. Duis mollis

© 2013 Jr.blog . All rights reserved.
Designed by SpicyTricks