Sabtu, 16 Juli 2016
MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 9
Sabtu, 16 Juli 2016
by
Unknown
aku jadi
semakin kaget dibuatnya, ah ya sudahlah, tidak ada salahnya berteman, “nih
win….nanti aja di sms ya, soalnya ngga di bawa hpnya ke warnet” aku mulai
berfikir apakah ia ingin kembali, ahh tapi itu tidak mungkin terjadi,
“ya udah jer,
Winda off dulu ya, jangan lupa nanti langsung dibales ya”, hatiku terus gelisah
dan dipenuhi dengan pertanyaan, hingga akhirnya aku sudahi bermain Internet
lalu pulang. Sesampainya dirumah aku mengecek handponeku, ada pesan dari nomor
baru
“hy ini winda, jangan lupa di bls ya” begitu
aku membaca isi pesannya, aku langsung membalasnya.
Sudah
seminggu lebih kami saling Smsan, ia begitu perhatian, sesekali ia mengajakku
bertemu, tapi aku menolaknya, dengan alasan sibuk, akan tetapi aku sama sekali
tidak ada merasakan hal yang spesial, tetap saja aku hanya bisa membayangakan wajah
Eca saja di otakku,
“jer…. Jangan
lupa makan, mamak pergi kerja” yeah seperti biasa, aku masih berbaring ditempat
tidur, ketika aku ingin tidur, rrrrrrrrt….. rrrrrrrt,…..aku merasa ada yang
bergetar di saku celanaku, ternyata pesan dari Winda,
“apakah kau
masih menyayangiku?” aku benar-benar kaget,
“maksud Winda apa?” hatiku benar-benar sedang
diuji, “ya, apakah dirimu masih menyayangiku?, karna aku juga masih
menyayangimu” ya tuhan, aku sama sekali tidak menyayanginya, jika tapi jika
kukatakan tidak, maka mungkin ia tidak
akan menyukaiku, tapi jika kukatakan ya, apa yang akan terjadi?, ini
benar-benar pilihan yang sulit, mungkin jika aku bertanya kepada Eca, tentang
hal ini, mungkin dia akan menjawab, “apa peduliku?, atau terserah kakaklah?”
yeah…. Mungkin ia juga akan senang aku bisa melupakannya, mungkin dengan cara
ini aku bisa melupakan Eca,
“ya… aku masih menyayangimu” aku rasa ini
jalan keluar, atau mungkin pilihan yang salah, ia membalas
“jadi?”
yah aku tau apa maksudnya, tidak mungkin
seorang wanita mengatakan, oke baiklah, aku rasa aku membuat pilihan yang
salah, tapi ya sudahlah jalani saja dulu, ya sebagai lelaki, setidaknya
menyatakan melalui telepon dong,
“halo, Winda”
aku sama sekali tidak merasakan jantungku
berdebar seperti saat berada berdekatan dengan Eca,
“iya jer…”
baiklah, Eca aku menyangimu, mungkin ini jalan yang terbaik untuk menyayangimu
“iya, aku
masih menyayangimu, aku tidak bisa mengungkapkan kata-kata seromantis Romeo
kepada Juliet, karna kata-kata tidak dapat membuktikan cinta, namun aku hanya
bisa bertanya,untuk membuktikan perjalanan cinta yang akan kita jalani bersama
jika kau mau menerimanya, maukah kau menjadi kekasihku?”
aku sama seklai tidak gerogi mengungkapkanya,
mungkin jika aku menyatakan cinta kepada Eca, aku tidak bisa membuat kata-kata
sepanjang itu,
“sosweet,
kamu memang masih manis seperti yang dulu, iya.. aku mau menjadi kekasihmu”
apakah aku benar-benar bisa menyangimu nantinya, aku juga tidak tau, yang
pasti, setidaknya ini langkah pertama untuk bisa melupakan dirimu Eca.
Dua minggu
sudah kami pacaran,tidak begitu banyak perubahan yang ia buat pada diriku,
terlihat biasa saja, dan setiap kali ia mengajakku bertemu, aku selalu
menolaknya dengan alasan sibuk membantu orang tua, dan bahkan aku belum bisa
melupakan Eca. Besok adalah waktuku kembali kesekolah, jadi kami menghabiskan
waktu beberapa jam untuk jalan, itu adalah pertemuan pertama sejak terahirkali
kulihat perpisahan SMP, kami berjanji akan bertemu di sebuah café yang dulu
tempat kami biasa sering bersama, ternyata aku dulu yang lebih dulu sampai, aku
duduk di meja kaki lima, “sudah lama menunggu?” tiba-tiba suara seseorng
terdengar, aku melihatnya, ternyata Winda, kelihatan lebih cantik, dan tinggi,
senyumannya sangat manis, akan tetapi tetap saja tidak bisa di bandingkan
dengan Eca yang jauh lebih manis,
“belum kok,
duduk dulu deh” dia duduk tepat didepanku, kami saling menatap, dan tersenyum
bersama,
“sudah lama ya ngga kemari”aku membuka
percakapan,
“iya, Winda
juga baru ini dateng kemari” cara berbicaranya jauh lebih dewasa ketimbang
masih SMP dahulu,
“lho kok
bisa, harusnya sering kemari, apa menu makanannya sudah diganti semua?” ia
tersenyum,
“ngga kok, Winda
kan ngga sekolah disini, Winda sekolah di Medan” apa?, aku jadi malu, masa
sekolah pacar sendiri ngga tau “oh ya…. medan dimananya?”
“di City
Fondation, deket sekolah Jeris juga kok, Jeris sekolah di SMK BI kan?” wah, dia
bahkan tahu tentang sekolah saya, tapi akunya sama sekali tidak peduli padanya
“owh ya…. berarti deket banget dong”
untung saja
aku tau sekolah itu, kebetulan rumah temenku Fahmi dan Faisal juga dekat dengan
sekolah itu, mungkin di medan, hanya itu sekolah yang aku tahu letaknya
“iya deket pun, ngga bisa ketemuan kita, kan
sama-sama asrama”
”iya juga
sih”. Hari sudah mulai petang, aku mengantarnya pulang hingga sampai di gang
rumahnya, mungkin hari ini adalah hari paling spesial bagi ku, karna sehari ini
aku bisa lupa sedikit tentang Eca dibuatnya, Eca sebentar lagi mungkin hal yang
engkau inginkan akan terjadi, untuk menjauhimu.
Kembali
kesekolah adalah hal yang sangat kunantikan, bukan pelajarannya yang paling
membuatku bersemangat, akan tetapi bertemu dengan teman-teman, dan ketika ingin
kembali, terlihat sedikit ada yang berbeda,
biasanya ada ibu atau ayah yang melaimbaikan tangan, tapi kini terlihat
bertambah seseorang, dia adalah Winda, dia belum kembali kesekolahnya karna
sekloah kami terlebih dahulu libur, Winda akan kembali kesekolahnya tiga hari
setelah kami, jadi kami masih bisa teleponan, setelah itu, tidak akanada waktu
lagi, karna dia tidak di perbolehkan membawa handpone kesekolah, hal itu
mungkin membuatku semakin sulit melupakan Eca, tapi Eca juga akan pergi
melaksanakan praktek kerja industri selama tiga bulan, mungkin dengan begitu
aku akan bisa melupakannya, ditambah lagi adik kelas yang baru akan masuk, ini
akan menjadi momen yang indah, aku tidak yakin akan bisa jatuh cinta lagi
seperti aku mencintai Eca, ini akan menjadi hal yang sangat sulit.
Akhirnya tiba
juga di sekolah ini, terlihat wajah-wajah baru, dan wajah-wajah polos adik yang
baru, jadi teringat saat pertama melihat Eca, pandangan pertama, aku
tersenyum-senyum sendiri,mengingat kejadian itu, sama sekali tidak menyangkan
sudah setahun berlalu, dan rasa sayang padanya sama sekali tidak berubah,
bahkan semakin bertambah, sambil menuju asrama, aku menarik koper merahku, dan
masih menghayalkan kejadian yang sangat indah itu,
“weeey jeriss” ya tuhan…. Aku kaget sekali
“hhhhaaaahhh, ngagetin aja ko gab, kalo bukan
temen kupecahkan juga pala kau” ternyata Gabriel, selama di medan beberapa
bahasa medan juga ada yang aku tahu salah satu kupecahkan pala kau, itu
merupakan kata-kata yang paling tren di medan saat ini,
“hahahaha, kamar kita tidak disana lagi bro,
sini aku tunjukin tempatnya” ia membawakan koperku, aku mengikutinya dari
belakang
“ehh gab,
gimana adik kelas yang baru, aku jadi penasaran?” , “ belum kelihatan jer,
kerang masih menutup mutiaranya, ntar lagi juga bersinar sendiri”
“hahahah, kalo ada yang cantik berani ngga
mendekatinya kau?” dia tertawa,
“hahahah, orang ganteng sepertiku tidak perlu
mendekati wanita, tapi para wanitalah yang mendekatiku bro” ya aku tau itu, kau
memang tampan, jika di banding denganku, aku sangat jauh kalah, selain dia
tampan, dia juga pintar di kelas,
“iya juga
sih, tapi bagai mana jika dia tidak mau mendekatimu?” aku sangat senang
memancing keangkuhannya
“yeah…. Jika
dia tidak mau, ya sudah, masih banyak yang ngantri bro” bagi mu memang gampang
saja mendapatkan fikirku dalam hati,
“awas kemakan
cakap kau, nanti kau yang ngejar-ngejar?” dia tidak akan pernah mau kalah tentang
perdebatan seorang wanita
“emangnya aku ini sepertimu?, aku tidak mau
sepertimu menunggu yang ngga jelas, jangan kau samakan aku denganmu bro” iya aku memang tidak seperti mu, jika sifatku
sepertimu, menunggu wanita yang datang kepadaku, hahahaha mustahil , mana
mungkin wanita itu mau datang jika bukan kita yang memanggilnya, kecuali orang
tampan seperti temanku yang satu ini, ntah mengapa wanita-wanita suka sekali
dekat dengannya,
“kau terlalu
merendah diri bro, wanita lebih banyak di dunia daripada lelaki bro, kenapa
mesti lelaki yang mengejar, harusnya mereka yang mengejar-ngejar kita bro,
karna mereka takut tidak laku” iya juga sih, wanita lebih banyak di dunia ini
ketimbang lelaki, tapi tetap saja, jika orang sepertiku berharap di kejar-kejar
wanita, itu hanya ada dalam imajinasiku saja,
“hahah…. Iya
ya bro, biarin aja mereka yang mengejar kita”
jika dia
lawan terus, ia tidak akan mau mengalah, jadi mendingan aku saja yang mengalah
fikirku ”nah disinilah ruangan kita bro” aku sangat kaget, ternyata kamar kami
adalah sebuah ruangan lebih miripnya ruangan kelas tanpa meja tau bangku, tanpa
papan tulis, dan yang membuatku terkesan adalah, satu kelasku itu menjadi teman
sekamarku.
Sudah tiga
hari aku menempati kamar baru yang begitu ramai, dan hari ini juga winda
kembali ke sekolahnya, “jeris disana baik-baik ya belajarnya” dan kami sedang
teleponan mengucapkan beberapa patah kata perpisahan,
“iya,iya…. Winda juga ya”
terkadang aku merasa kasihan padanya, hanya
sebagai pelampiasan saja
“iya, jangan
genit-genit ya, awas aja kalo aku tau”
“iya lhoo…
mana mungkin bisa genit, yang suka aja Cuma winda, ya Cuma bisa genit sama
winda ajalah” ia kelihatanya begitu sangat senang,
“hahaha....yang ngga suka sama jeris itu Cuma
orang yang ngga bisa menilai hati, Cuma mandang dari luarnya aja, ngga
dilihatnya isinya sangat luar biasa” aku sunggu kaget, ia begitu
membanggakanku,
“hahah, winda
berlebihanlah”
“ngga kok,
winda ngga berlebihan, emang betul kok, menurutku, aku adalah orang yang
beruntung yang bisa pacaran sama jeris” aku hanya tersenyum dalam hati, dan
seandainya engkau tahu, aku orang yang paling jahat bagimu, karna aku sama
sekali tidak menyayangimu lagi seperti yang dulu, dan kebodohan otakku
mengendalikan hatiku adalah mencintai orang yang sama sekali tidak peduli
padaku,
“hahaha….
Winda aku juga beruntung, bisa pacaran dengan wanita terpintar, apa masih juara
umum juga sampe sekarang” dulu yang membuatku suka padanya, salah satunya ialah
dia merupakan gadis terpintar, ia bahkan juara umum di sekolah Smpku dulu, aku
bahkan lupa apa yang membuat kami putus
“juara umum
sih tapi belum di posisi satu, doakan ajalah jer, semoga ujian selanjutnya
mejadi juara umum di sekolah”
aku sungguh terkesan
melihatnya, dia selalu berusaha menjadi yang terbaik,
“iya… aku
doa’in“ sedangkan aku, memang selalu juara sih, tapi di duniaku sendiri, aku
hanya bisa berimajinasi, terkadang aku bangga dengan kemampuan imajinasiku,
karan dari sana aku bisa menghibur diriku sendiri tanpa bantuan orang lain
“jeris gimana
di sekolah, pasti luar biasa dong, kan bertaraf Internasional?” aku hanya
tersenyum
“iya sangat
luar biasa, disini belajarnya siang dan malam, dan pada hari-hari tertentu,
kami diharuskan berbahasa inggris untuk berkomunikasi dengan teman-teman”
walaupun kulakukan jarang tapi itulah yang seharusnya dilakukan, program
sekolah kami sungguh luar biasa, hanya saja kaminya yang terlalu manja sehingga
kami tidak dapat melakukanya,
“wah, jadi
makin sayang deh” ya tuhan, aku sudah terlalu banyak berbohong,tapi aku akan
berusaha untuk menyayanginya, berusaha memberikan hati ini untuknya, dan segera
melupakan Eca,
“iya…. Jeris
juga sayang kok”
maafkan aku, tapi aku akan berusaha “ya udah
jer, udah mau masuk keasrama, ada lagi yang mau di bilang?”
“ ada, winda
baik-baik ya disana, belajarnya semakin giat, jangan malas-malas makan, dan
jeris doakan semoga menjadi juara umum peringkat satu”
“iya,
pokoknya pesan aku tetaplah berjuang, dan jangan menyerah, karan kita akan
bersama pada waktunya, ya udah aku tutup ya telponnya”
iya aku akan berjuang, dan tidak akan
menyerah, tapi aku tidak yakin harus kepada siapa aku harus berjuang dan apa
yang harus kuperjuangkan, yang menyayangikukah? atau yang aku sayangi?, ini
merupakan pilihan yang sulit, akuhanya berharap waktu cepat memberi tahu
jawabanya, karna hanya waktu yang bisa menjawab semua ini.
Perasaan yang berbeda dan tempat yang berbeda, itulah
yang saat ini kami rasakan, suasana yang lebih ramai dari biasanya sudah sama
seperti di pasar, menceritakan liburan mereka masing-masing, dan bahkan ada
juga yang sudah curi start berkenalan dengan adik kelas yang baru, aku hanya
tersenyum mendengarkan cerita lucu mereka,
“jer…. Adek
kelas yang baru telah kudapatkan, dan sebentarlagi ia akan mendekatiku” tiba-tiba
Gabriel sangat senang mendekatiku
“ohh ya,
siapa namanya gab?” ia jarang sekali sesenang ini, adakah wanita yang lebih
cantik dari Eca,
“namanya
belum tahu, tapi orangnya tinggi, manis, dan kelihatannya pintar” wah ini akan
menjadi tantangan yang menarik nantinya,
“masa ngga ko cari tau siapa namanya,
jurusannya udah tau?” mungkin kali ini dia akan mengalami hal yang sama
sepertiku,ntah mengapa prasaanku yakin sekali dengan hal itu
“jurusannya elektro, tapi kali ini aku yakin
akan banyak saingan, karan dia bagaikan bidadari”
secantik itukah?,fikirku dalam hati “oooo yang
anak elektro itu ya, aku tahu siapa namanya”
imam yang baru mendengar cerita kami juga
langsung menyambung “wah sepertinya kalian semua sudah membuka mutiara-mutiara
kerang dilaut ya” aku juga jadi ikut penasaran dibuatnya
“oh ya, siapa
namanya mam?” Gabriel begitu tergesa gesa, sifat keangkuhannya seakan hilang
ntah di telan bumi
“namanya
seperti bintang film india, siapa ya….. padahal tadi aku ingat” bintang film
india ya, “bintang film india wanita yang aku tahu hanya Anjeli” aku sama
sekali tidak tahu tentang film india, karan memang aku tidak pernah menonton
“aaaaaaa iya
tapi dia bukan Anjeli, tapi Anjali”
wah aku sama sekali tidak tau dari mana mereka
tahu, tapi mereka sungguh bersemangat untuk mencari informasi tentang adik
kelas yang baru ini “wah, adalagi yang kalian tau tentang adik kelas yang baru
ini?” aku sungguh kaget, teman-teman satu kelasku, rata-rata sudah mengenal
adik kelas yang baru ini.
Rasa
penasaran muncul di hatiku, “yang mana sih orangnya gab?”
ia menunjuk
kearah sebuah tempat duduk yang terbuat dari semen, dan disana terdapat
sekumpulan wanita, “yang mana sih?”
aku menjadi semakin penasaran, “dia yang
tertinggi di sana, dan senyumannya paling manis” ohh… terlihat biasa saja bagiku, aku tidak
begitu tertarik, tidak lebih manis dan cantik dari Eca,
“owh itu, lumayan juga, jadi kapan kau
dekati?” aku tidak yakin kali ini ia berani bersifat sombong,
“aku merasa
jantungku berdebar saat berada didekatnya”
aku salutmelihatnya karna dia bisa langsung
dekat dengannya sedangkan aku, sudah setahun hanya bisa memandangnya
senyukannya saja “wah jadi kau sudah dekat dengannya?”
“ngga sih bro
Cuma pas dia lewat di depan aku”
haah ternyata, dia juga tidak jauh berbeda
denganku, “hahahahahahah…… nah aku beritahu, semalam itu ada yang ngasi tahu
aku, aku ini pengecut, ternyata dia juga tidak jauh berbeda samaku”
rasanya dia telah mendapatkan balasan dari
kesombonganya sendiri, “yeah….. tenang aja bro, bentar lagi dia sendiri yang
dekati aku” ya dia memang tidak mau mengalah soal seorang wanita
“aku rasa
sainganmuakan banyak nantinya bro, sepertinya semua orang sangat
menginginkanya”
dia memang
terlihat manis, untungnya dia bukan tipeku, bahkan jika dia tipeku mustahil
juga aku mendapatkannya, orang yang pantas mendapatkannya itu ya memang setara
dengan ketampanan Gabriel,
“santai saja, untuk kali ini aku serius, aku
fix jatuh cinta padanya, jika aku mendapatkannya, aku tidak akan
mempermainkanya” aku tersenyum,
“hhahhaha…. Aku kurang yakinnn” aku tidak
pernah mengatakan hal seperti itu, ia memang manusia suka bercanda, tapi
candaan kata-katanya bersifat fakta, ia selalu mengatakan hal yang benar
walaupun ia tidak serius mengatakannya,
“yakin bro, aku benar-benar merasakan jatuh
cinta yang sesungguhnya” aku rasa dia memang benar-benar merasakannya kali ini
“sepertinya kau memang sudah termakan cakapmu sendiri bro, ngejek-ngejek
lebaylah, alaylah, rupanya kau lebih alay lagi” terkadang hukum karma memang
masih berlaku, “jadi intinya berani maju ngga?”
aku yakin ia tidak jauh berbeda denganku
“gimana ya bro, tunggu kodenya aja dulu dah” nah ia beruntung memiliki wajah
tampan jadi tidak menutup kemungkinan wanita itu memberi kode padanya
“oke kita
tunggu saja, aku yakin nasibmu akan sama sepertiku”
“doa mu jer…
parah kali ahh”
“hahahhaha….
Bercanda bro” aku tertawa , dengan rasa puas,
“jer…. Sepertinya kau harus menghentikan
tawamu, karna kita akan bergantian tertawa” aku bingun, matanya mengarah
kebelakangku, aku menoleh kebelakang “ya tuhan, setiap kali aku merindukannya
tuhan selalu mengirimkannya untukku”
“oke pesan
akan segera terkirim” sepertinya ia akan mengatakan sesuatu kepada Eca,
jantungku berdebar kencang, ketika ia mulai mendekat,
“tolong jangan katakana apa-apa padanya, aku
takut ia semakin tidak suka padaku” aku terlalu memikirkannya, sehingga
menghiraukan perasaanku “hahahaha……. Eca, bang jeris dari tadi berbicara
tentang dirimu melulu” aku betul-betul aku kaget sekali, ia mengada-ada, aku
ingin mengatakan tidak ada, tapi itu tidak mungkin, aku hanya terdiam, aku
hanya tertunduk menunggu responnya, namun ia hanya berlalu di depan kami
seperti tanpa melihat kami ada, “ia memang benar-benar tidak suka nengok kau jer” aku samasekali tidak menyangka hal ini,
apa yang terjadi padanya, ia tidak seperti biasanya
“iya….. dan
dia akan semakin tidak suka jika kau terus mengatakan hal yang seperti hal yang
tadi” aku yakin dia memilik masalah, dia tidak mungkin sesombong itu, walaupun ia
memang tidak suka
“yaa… maaf
bro, maaf, soalnya wanita akan senang jika sering kau perhatikan bro, ini
bahkan kau tidak pernah berbicara langsung dengannya”
“aku
memperhatikannya dengan caraku, jika ia menyukaiku, maka aku akan berani
mendekatinya, dan semakin memeperhatikannya, tapi keadaannya berbeda, dia sama
sekali tidak menyukaiku, jadi aku cukup memperhatikaknya saja dari kejauhan,
tapi aku berusaha tahu apa masalahnya seakan kami itu berdekatan”
aku tidak
peduli apa yang orang katakan tentang dia tidak menyukaiku sama sekali, namun
selama aku masih bisa menyayanginya, aku akan terus menyayanginya, dan aku
merasakan kenyamanan setiap kali melihat wajahnya, walaupun itu cemberut,
bersedih, tertawa, tersenyum, semua itu sangat membuatku nyaman, jadi apapun
yang orang lain katakana, aku hanya menganggukan kepalaku, dan tersenyum saja,
“tapi suka
tidak suka, mau tidak mau, kau harus melupakannya bro, apa kau pernah
memikirkan seseorang yang mencintaimu?” ya, benar juga, tapi aku tidak tahu,
kapan aku bisa melupakanya, orang yang aku cintai ada didekatku yang membuatku
semakin mencintainya, sedangkan orang yang mencintaiku, jauh disana, bahkan
terkadang aku meragukan cintanya, bagaimana mungkin aku mencintainya sedangkan
cintanya tidak aku rasakan sama sekali?, tapi bagai mana mungkin juga aku
mencintai Eca, aku juga merasakan tidak merasakan cintanya, mungkin poin
tambahannya hanya terdapat pada terlihat dan tidak terlihat
“aku tahu itu, dan aku sedang berusaha untuk
itu” aku juga tidak tahu apakah aku sedang berusaha, sudah berapa persenkah
usahaku, aku bahkan tidak pernah memikirkannya
“bagus bro,
Eca sudah memilik orang yang ia sayangi di luar sana, dan ia sangat setia, kau
juga memiliki, orang yang menyayangimu diluar sana, dan kau juga harus setia
untuk itu, sepertinya keadaan kalian sama, jadi kau harus membuktikan
kesetiaanmu juga” benar juga, keadaan kami sangat mirip, dan aku harus bisa
membuktikannya.
Tags:
cerpen
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 Responses to “ MENGAGUMI TANPA DICINTAI part 9 ”
Posting Komentar